Rabu, 19 September 2012

Sejarah Singkat Berdirinya IPSI

Pencak silat merupakan olahraga seni beladiri yang berasal dari bangsa Melayu, termasuk Indonesia. Jumlah perguruan pencak silat sangat banyak, berdasarkan catatan PB IPSI sampai dengan tahun 1993 telah mencapai 840 perguruan pencak silat di Indonesia. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.

Upaya untuk mempersatukan pencak silat sebetulnya sudah dimulai pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1922 di Segalaherang, Subang, Jawa Barat, didirikan Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk menggabungkan aliran pencak Jawa Barat yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Pada masa pendudukan Jepang, Presiden Soekarno pernah menjadi pelindungnya.

Upaya serupa juga diadakan di Yogyakarta. Pada tahun 1943, beberapa pendekar pencak silat, yaitu Sukowinadi dari Perpi Harimurti, KRT Tardjo Nagoro dari Phasadja Mataram, Alip Purwowarso dari Setia Hati Organisasi, Soekirman dari Latihan Kesehatan Badan dan Kolonel Soewiknjo dari Persatuan Hati, mendirikan organisasi yang bernama Gapema (Gabungan Pencak Mataram) untuk bersama-sama menggalang pencak silat yang tumbuh di Kesultanan Yogyakarta.

Setelah beberapa tahun, tepatnya pada tahun 1947, di Yogyakarta juga berdiri satu organisasi bernama Gapensi (Gabungan Pentjak Seluruh Indonesia) yang bertujuan mempersatukan aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Gapensi didirikan oleh Mohamad Djoemali dari Tapak Suci bersama beberapa tokoh pencak silat, yaitu RM Soebandiman Dirdjoatmodjo dari Perisai Diri, Widji Hartani dari Prisai Sakti, Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram dan Widjaja.

Meskipun organisasi di Jawa Barat dan Yogyakarta ini bercita-cita nasional, keanggotaannya masih berskala lokal. Untuk itu PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang kemudian berganti nama menjadi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), mengadakan sebuah Konperensi Bagian Pentjak di Solo pada tanggal 2 Juni 1948. Pertemuan ini sebelumnya telah diawali dengan rapat pembentukan Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia di Solo pada awal tahun 1947 yang diprakarsai oleh Mr Wongsonegoro, yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.

Dari hasil rapat ini dibentuklah panitia IPSI (Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia) pada bulan Mei 1947 yang diketuai oleh Mr Wongsonegoro. IPSI bernaung di bawah Kementerian Pembangunan dan Pemuda. Dengan didirikannya organisasi ini diharapkan bahwa pencak silat dapat digerakkan dan disebarluaskan sampai ke berbagai pelosok di tanah air sebagai suatu ekspresi kebudayaan nasional. Masyarakat juga mengharapkan bahwa pencak silat distandarisasi agar dapat diajarkan sebagai pendidikan jasmani di sekolah-sekolah dan dapat dipertandingkan dalam even-even olahraga nasional.

Sesuai dengan keinginan tersebut, langkah pertama yang diusahakan oleh IPSI adalah terbentuknya suatu sistem pencak silat nasional yang dapat diterima oleh seluruh perguruan pencak silat yang ada di tanah air. Untuk sementara waktu, diadopsikan sebagai standaard system pelajaran pencak silat dasar yang sudah disusun oleh RM S Prodjosoemitro dan diajarkan di sekolah-sekolah di wilayah Solo dengan dukungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Balai Kota Surakarta. Hasil dari usaha standarisasi awal pencak silat ini dipertunjukkan oleh kurang lebih 1.000 pesilat anak-anak dalam demonstrasi senam pencak silat massal pada Pembukaan PON I tanggal 8-12 September 1948 di Solo. Sejak PON I tersebut, pencak silat dilombakan sebagai demonstrasi dalam kategori solo dan ganda, baik tangan kosong maupun senjata.

Tidak semua aliran dan perguruan pencak silat sepakat mengenai perlunya organisasi nasional. Ada yang khawatir bahwa dengan penyusunan sistem pencak silat nasional maka persatuan aliran-aliran pencak silat tidak akan terlaksana, bahkan akan terdapat perpecahan karena tiap aliran atau perguruan pencak silat akan mengklaim dirinya yang terbaik. Pada awalnya Gapensi ikut menolak karena anggota panitia IPSI dianggap didominasi oleh anggota perguruan pencak silat Setia Hati. Selain itu, beberapa perguruan pencak silat di daerah Kauman, yang saat ini dikenal dengan nama Tapak Suci, ikut menolak karena Mr Wongsonegoro yang dijadikan Ketua IPSI dikenal sebagai salah seorang tokoh aliran kebatinan. Salah satu anggota Gapensi, yaitu Sukowinadi, kemudian mendirikan organisasi yang bernama Perpi (Persatuan Pencak Indonesia) yang menaungi perguruan pencak silat Benteng Mataram, Mustika, Bayu Manunggal, Bima Sakti dan Trisno Murti. Organisasi baru ini didukung oleh Phasadja Mataram dan Tapak Suci.

Persatuan dan kesatuan jajaran pencak silat di Indonesia masih belum benar-benar terwujud dengan adanya berbagai organisasi pencak silat tersendiri di luar IPSI seperti Gapensi, Perpi, Putra Betawi, dan lainnya. Ditambah lagi pada tahun 1950 ketika terjadi pergolakan pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilakukan oleh kelompok gerakan separatis DI/TII. Panglima Teritorium III, Kolonel RA Kosasih, dibantu oleh Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun, pada bulan Agustus 1957 mendirikan PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) di Bandung yang bertujuan menggalang kekuatan jajaran pencak silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah bagian barat dan DI Yogyakarta. Sesuai dengan wilayah pembinaannya, yang masuk dalam PPSI adalah perguruan pencak silat aliran Pasundan.

Akibat dibentuknya PPSI menimbulkan dualisme pembinaan dan pengendalian pencak silat di Indonesia. Pendekar-pendekar Jawa Barat merasa bahwa kegiatan yang diprakarsai IPSI didominasi Jawa Tengah dan Jawa Timur, tidak mencapai Jawa Barat. Menurut pendekar Jawa Barat tetap diperlukan suatu organisasi khusus untuk mengayomi dan mengembangkan perguruan-perguruan pencak silat yang beraliran Jawa Barat. Pada tahun 1950-an IPSI dan PPSI bersaing berebut pengaruh di dunia persilatan dengan saling banyak mendirikan cabang di seluruh provinsi di Indonesia. PPSI berkembang di daerah Jawa Barat, Lampung dan Jawa Timur bagian timur.

Pada tanggal 21-23 Desember 1950 di Yogyakarta diadakan Kongres IPSI II yang memutuskan untuk mengukuhkan organisasi dan menyusun Pengurus Besar IPSI dimana Mr Wongsonegoro diangkat sebagai Ketua Umum, Sri Paduka Paku Alam sebagai Wakil Ketua Umum dan Rachmad sebagai Penulis I. Gapensi dan Perpi ikut bergabung dengan IPSI. Tokoh-tokoh Gapensi dan Perpi menduduki jabatan penting dalam keorganisasian IPSI. RM Soebandiman Dirdjoatmodjo kemudian diangkat sebagai Kepala Seksi Pencak di Inspeksi Pendidikan Jasmani yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Jawa Timur.

Pada tahun 1952 dibentuk Lembaga Pencak Silat di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun 1953 aktivitas pencak silat dipindahkan dari Jawatan Pendidikan Masyarakat ke Jawatan Kebudayaan. Pada tahun tersebut juga diadakan Kongres IPSI III di Bandung. Demonstrasi pencak silat yang bersifat internasional dalam misi kebudayaan Indonesia dilakukan pada tahun 1955 di Praha, Leningrad, Budapest dan Kairo.

Sistem pencak silat nasional yang telah distandarisasi oleh IPSI ternyata belum dapat memenuhi harapan masyarakat, sehingga peralihan pencak silat dari sarana beladiri menjadi sejenis senam jasmani memakan waktu yang cukup lama. Tim ahli teknik IPSI yang terdiri dari pakar-pakar dari berbagai aliran dan perguruan pencak silat mempelajari ratusan kaidah dan gerak kemudian mencoba menyatukan mereka tanpa menghilangkan warna-warni yang khas. Mereka juga harus menyesuaikan sistem pelajaran tradisional pencak silat yang berpatokan kepada jurus (seri atau kumpulan gerakan) dengan prinsip olahraga modern.

Pada tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan untuk menyusun peraturan pertandingan pencak silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga yang dapat dipertandingkan di tingkat nasional. Anggota laborat tersebut terdiri dari Arnowo Adji HKP dari Perisai Diri, Januarno dan Imam Suyitno dari Setia Hati Terate, Mochamad Hadimulyo dibantu Dr Rachmadi Djoko Suwignjo dan Dr Mohamad Djoko Waspodo dari Nusantara.

Selain mengalami kesulitan teknis dalam mengembangkan metode dan sistematika olahraga yang dapat diterima oleh semua pihak, IPSI juga mendapat resistensi dari kalangan pendekar tradisional yang enggan menerima pemikiran-pemikiran baru karena tidak menginginkan reduksi pencak silat hanya kepada satu bentuknya, yaitu olahraga. Mereka khawatir bahwa aspek integral yang lain, khususnya aspek seni dan aspek spiritual, akan diabaikan dan tidak dapat dirasakan lagi sebagai unsur-unsur yang saling terkait dalam satu totalitas sosiokosmik.

Kesulitan juga datang dari luar dunia pencak silat, karena persaingan yang ketat dari beladiri impor. Antara tahun 1960 - 1966, pada waktu terjadi kemerosotan ekonomi dan politik negara yang turut berdampak terhadap IPSI, beladiri karate dari Jepang secara resmi masuk Indonesia dan dengan tangkasnya memasuki kalangan pelajar dan militer. Pada awalnya, karate dan judo dipraktekkan sebagai olahraga dan dipertandingkan di depan umum. Penerimaan yang positif terhadap beladiri asing, memaksa kalangan pencak silat untuk berpikir dan berbuat lebih baik dalam usaha mengembangkan pencak silat olahraga. Kehadiran karate di Indonesia merupakan cambuk yang benar-benar efektif untuk membangunkan kalangan pencak silat dari tidurnya.

Penggeseran konseptual akhirnya terjadi, meskipun beberapa pendekar pencak silat keberatan apabila makna pencak silat sebagai unsur kebudayaan dalam arti luas dipersempit agar aspek olahraga dapat diutamakan. Pada bulan Januari 1961 IPSI dipindahkan dari Jawatan Kebudayaan ke Jawatan Pendidikan Jasmani, kemudian pada tanggal 31 Desember 1967 IPSI turut aktif dalam mendirikan KONI. Jawatan Pendidikan Jasmani menyelenggarakan Seminar Pencak Silat Seluruh Indonesia yang membahas masalah penyusunan cara pertandingan pencak silat nasional. Kemudian dilakukan uji coba pertandingan bebas full body contact di Solo dan Madiun. Pada tahun yang sama berlangsung PON V di Bandung yang juga mempertandingkan pencak silat.

Pada tahun 1970-an muncul kerangka konseptual dimana induk-induk olahraga beladiri dianggap sebagai alat pertahanan nasional. Sebagai akibatnya cabang-cabang ilmu beladiri mulai ditempatkan di bawah pimpinan tokoh-tokoh militer. Pada Kongres IPSI IV tahun 1973 di Jakarta, Ketua Umum PB IPSI Mr Wongsonegoro yang saat itu usianya sudah sangat tua diganti oleh Brigjen TNI Tjokropranolo, Gubernur DKI Jakarta. Pada tanggal 20-24 Nopember 1973 diadakan Seminar Pencak Silat III di Bogor, nama Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia diubah menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia.

Beliau dengan dibantu oleh beberapa perguruan pencak silat melakukan pendekatan kepada pimpinan PPSI yang akhirnya dalam keputusan Kongres IPSI IV ini PPSI bergabung ke dalam IPSI walaupun masih ada beberapa anggotanya yang tetap bertahan. Kebetulan ketiga pimpinan PPSI satu corps dengan beliau di Corps Polisi Militer. Perguruan-perguruan tersebut dianggap telah berhasil mempersatukan kembali seluruh jajaran pencak silat ke dalam organisasi IPSI.

Pada masa kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya, perguruan-perguruan yang ikut aktif dalam memperjuangkan keutuhan IPSI tersebut diberi istilah Perguruan Historis dan dijadikan Anggota Khusus IPSI. Mereka dipandang mempengaruhi sejarah dan perkembangan IPSI serta pencak silat pada umumnya antara tahun 1948 dan 1973 dengan memberikan kontribusi kepada kesatuan pemikiran dalam pembentukan organisasi nasional tunggal pencak silat Indonesia yang diberi nama IPSI, kesatuan tekad untuk mempertahankan IPSI sebagai satu-satunya organisasi nasional pencak silat di Indonesia, kesatuan dukungan untuk menjadikan IPSI sebagai anggota KONI dan kesatuan dukungan untuk memasukkan pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan.  
Sepuluh Perguruan Historis tersebut adalah :

- Persaudaraan Setia Hati
- Persaudaraan Setia Hati Terate
- Kelatnas Indonesia Perisai Diri
- PSN Perisai Putih
- Tapak Suci Putera Muhammadiyah
- Phasadja Mataram
- Perpi Harimurti
- Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI)
- PPS Putra Betawi
- KPS Nusantara

Keputusan Kongres IPSI IV ini juga mengesahkan peraturan pertandingan pencak silat untuk dipergunakan dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta. Pada PON itu cabang pencak silat diikuti oleh 15 daerah dengan 106 atlet putra dan 22 atlet putri. Pada tanggal 27 April sampai 1 Mei 1975 dilangsungkan Kejuaraan Nasional Pencak Silat I di Semarang yang diikuti oleh 18 provinsi. Pada Munas IPSI tahun 2003, Ketua Umum PB IPSI yang dijabat oleh Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya digantikan oleh Letjen TNI Prabowo Subianto.


==========

Referensi :

George F de Groot dan Notosoejitno. 2006. Pencak Silat Seni Beladiri Indonesia Jilid 1. Bandung : Granesia Bandung.

Howard Alexander, Quintin Chambers and Donn F Draeger. 1970. Pentjak Silat The Indonesian Fighting Art. Japan : Kodansha International Ltd.

Johansyah Lubis. 2004. Pencak Silat : Panduan Praktis. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Murhananto. 1993. Menyelami Pencak Silat. Jakarta : Puspa Swara.

O'ong Maryono. 2000. Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta : Galang Press.

Quintin Chambers and Donn F Draeger. 1978. Javanese Silat : Fighting Art of Perisai Diri. Japan : Kodansha International Ltd.

R Kotot Slamet Hariyadi. 2003. Teknik Dasar Pencak Silat Tanding. Jakarta : Dian Rakyat.


Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)




Selasa, 11 September 2012

Contoh Pola Langkah

Pola Langkah yg Umum dipakai dalam Pencak SIlat
1. Pola Langkah Lurus
2. Pola Langkah Segi Empat
3. Pola Langkah Bentuk -U-
4. Pola Langkah Zig – Zag
5. Pola Langkah Bentuk -S-
6. Pola Langkah Segi Tiga
7. Pola Langkah Segi Empat silang
Sumber :
http://www.persilat.org/AppendixPictures/image016.jpg
and
http://persilat.org/Pencak_Silat_Regulation.htm

Sabtu, 08 September 2012

236 Pendekar 29 Provinsi Berlaga di Bangkinang Riau

BANGKINANG (Suara Karya): Sebanyak 236 pesilat yang berasal dari 29 provinsi berlaga pada PON XVIII/2012 di arena Sport Centre Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau, mulai Rabu (12/9) hingga Selasa (18/9).

"Dari daftar nama atlet yang kami terima, terdapat sebanyak 236 pesilat yang berlaga di Bangkinang," kata Ketua Panitia Pelaksana Cabang Pencak Silat Sub-PB PON XVIII H Harryanto di Bangkinang, Jumat.
Menurut Harryanto, para pesilat yang bertanding tersebut berasal dari 29 provinsi untuk kategori tanding dan seni (tunggal, ganda, serta regu) putra dan putri. Dia mengatakan, dari 29 provinsi yang mengirimkan pesilat tersebut, terdapat empat daerah yang tidak lolos seleksi wilayah, yakni Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Kalimantan Tengah.
Sedangkan daerah yang terbanyak menurunkan atlet, yakni Jatim dan tuan rumah, masing-masing sebanyak 22 pesilat. Selain itu, Sumatera Selatan menurunkan sebanyak 19 pesilat, Bali (17 pesilat), Jawa Barat (16 pesilat), serta DKI Jakarta dan Jawa Tengah masing-masing 15 pesilat.
Namun, provinsi yang menurunkan hanya satu pesilat adalah Bengkulu atas nama Trisna Hendrawan dan Dwi Agus Supriyanto dari Kalimantan Barat. Walaupun begitu, Banten hanya menurunkan empat atlet, masing-masing Andri, Dwi Priyono, Rudi Hartono, dan Dewi Kurniati.
Harryanto mengatakan, pendaftaran ulang dan undian peserta dimulai Selasa (11/9) di Bangkinang.
Sementara itu, tim tuan rumah yang ikut berlaga mengikuti semua kategori dan ditargetkan merebut empat medali emas.


Hingga Jumat siang, tim yang sudah datang di Bangkinang dari Kalimantan Barat dan tuan rumah, kedua tim itu sudah berlatih di aula Kantor Bupati Kampar. (Ant/Gungde Ariwangsa)

Kamis, 06 September 2012

Penggolongan pertandingan dan ketentuan tentang umur

Pasal 2
Penggolongan pertandingan dan ketentuan tentang umur serta berat badan :

1. Penggolongan pertandingan Pencak Silat menurut umur dan jantina untuk semua
kategori terdiri atas :

Pertandingan Golongan USIA DINI untuk Putra dan Putri, berumur diatas 9 tahun sampai
dengan 12 tahun.

Pertandingan Golongan PRA REMAJA untuk Putra dan Putri, berumur diatas 12 tahun
dampai dengan 14 tahun.

Pertandingan Golongan REMAJA untuk Putra dan Putri, berumur diatas 14 tahun sampai
dengan 17 tahun.

Pertandingan Golongan DEWASA untuk Putra dan Putri, berumur diatas 17 tahun
sampai dengan 35 tahun.

2. Kebenaran tentang umur pesilat yang mengikuti pertandingan dibuktikan dengan Akte
Kelahiran / Ijazah / paspor.

3. Umur pesilat harus sesuai dengan penggolongan umur peserta (Usia Dini
Pra Remaja atau Remaja atau Dewasa) dengan berpedoman kepada umur
bersangkutan pada waktu tanggal / hari pertama pertandingan dimulai, artinya:
Pesilat pada tanggal / hari pertama pertandingan dilaksanakan berumur tepat
batas ketentuan umur minimal atau maksimal dari golongan yang diikuti. Umur
menyalahi mengakibatkan pesilat dikenakan diskualifikasi dari pertandingan.

4. Pembagian kelas menurut berat badan hanya berlaku untuk kategori TANDING yang
dilakukan dengan penimbangan badan.

Penimbangan pertama :
Penimbangan pertama dilakukan sekurang-kurangnya 6 (enam) jam sebalum
dimulainya pertandingan pertama dalam satu kejuaraan. Pada waktu penimbangan,
pesilat hanya mengenakan pakaian Pencak Silat yang kering tanpa sabuk, pelindung
kemaluan dan pelindung sendi.

Pada dasarnya penimbangan pertama dilaksanakan untuk menentukan kelas, dan oleh
karenanya tidak ada diskualifikasi pada waktu penimbangan pertama. Bila berat badan
pesilat melebihi atau kurang dari ketentuan berat kelas yang diikutinya, pesilat yang
bersangkutan diberi waktu 1 (satu) jam untuk menyesuaikan berat badannya
Penimbangan kedua kalinya harus tetap dalam pekaian yang kering.
Pesilat yang karena alasan yang sah tidak dapat memenuhi persyaratan penimbangan
pertama, tetapi telah memenuhi persyaratan pendaftaran, dapat diikutkan dalam undian
dan masuk dalam jadwal pertandingan, tetap dapat mengikuti pertandingan bila
memenuhi ketentuan dalam penimbangan ulang.

Penimbangan ulang
Penimbangan ulang dilakukan ± 15 (lima belas) menit sebelum pesilat yang
bersangkutan mengikuti pertandingan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Untuk
timbangan ulang, pesilat putra / putri harus berpakaian Pencak Silat yang kering tanpa
sabuk, pelindung kemaluan dan pelindung sendi untuk semua kelas. Pesilat yang tidak
dapat memenuhi ketentuan berat badan dalam penimbangan ulang menurut kelas yang

diikutinya, dikenakan sanksi diskualifikasi. Penimbangan harus disaksikan oleh petugas
penimbangan dan atau anggota Wasit Juri yang ditugaskan untuk itu, serta oleh kedua
offcial tim Petugas penimbangan dan kedua official tim harus menandatangani formulir
berat badan penimbangan ulang yang telah disediakan oleh Panitia Pelaksana.

5. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan Kesehatan diharuskan kepada seluruh Pesilat Tanding dan T,G,R.
Dilakukan sekurang-kurangnya 6 (enam) jam sebelum dimulainya pertandingan
pertama dalam satu Kejuaraan. Pesilat yang karena alasan yang sah tidak dapat
mengikuti Pemeriksaan Kehesatan, tetapi telah memenuhi persyaratan pendaftaran,
dapat diikutkan dalam undian dan masuk dalam jadwal pertandingan, tetap dapat
mengikuti pertandingan bila telah melakukan Pemeriksaan Kesehatan sebelum
pertandingan.
MUNAS IPSI XII – 2007
JAKARTA, 20 – 24 AGUSTUS 2007

Kategori pertandingan Pencak Silat

PERATURAN PERTANDINGAN
Pasal 1
Pengertian setiap kategori :

1. Kategori TANDING adalah :

Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu
yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsure pembelaan dan
serangan yaitu menangkis / mengelak / mengena / menyerang pada sasaran dan
menjatuhkan lawan; menggunakan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan
semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan
teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak.

2. Kategori TUNGGAL adalah :

Kategori pertandingan Pencak Silat yang menamplkan seorang Pesilat memperagakan
kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh
penjiwaan, dengan tangan kosong dan berenjata serta tunduk kepada ketentuan dan
peraturan yang berlaku untuk kategori ini.

3. Kategori GANDA adalah :

Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari kubu
yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela Pencak
Silat yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis,
mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat
maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan
dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang
berlaku untuk kategori ini.

4. Kategori REGU adalah :

Kategori pertandingan Pencak Silat yang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari kubu
yang sama mempergerakkan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar,
tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk
kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini.
MUNAS IPSI XII – 2007
JAKARTA, 20 – 24 AGUSTUS 2007

Selasa, 04 September 2012

Gelanggang Pertandingan dan Administrasi

Keterangan :
1. Ketua pertandingan (1 orang)
2. Dewan wasit juri (3 orang )
3. Sekretaris pertandingan
4. Anggota wasit juri (18 orang)
5. Papan nilai
6. Pengamat waktu
7. Goong
8. Penimbang berat badan (2 orang )
9. Tim meis (4 orang )
10. Sudut biru
11. Sudut merah
12. Sudut netral
13. Juri (5 orang)

Administrasi
Administrasi ini terdiri dari bebarapa yarat tertentu dan merupakan lembaran-lembaran blanko yang diantaranya, yaitu
- Pengasan
- Penilaian
- Timbangan
- Pengabsahan
- Laga
- Protes dan sebagainya
pembagian tugas dalam pelaksanaan pertandingan silat ini yaitu:
• Ketua adapun tugasnya yaitu
 Menentukan kebijakan
 Menentukan layak atau tidak layaknya jalan pertandingan

• Sekretaris adapun tugasnya yaitu
 Mengatur dan membagi jadwal
 Mencatat kejadian-kejadian penting pada saat jalanya pertandingan

• Pengawas Timbangan adapun tugasnya yaitu
 Untuk mengawasi setiap peserta lomba yang akan ditimbang berat badanya, sehingga dapat menentukn kelas-kelas dalam pertandingan

• Teknik Dilegit adapun tugasnya yaitu
 Untuk memantau kinerja wasit juri yang harus berasal dari wasit juri wilayah setempat

Bapak-bapak pendiri IPSI

IPSI, yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, adalah organisasi nasional Pencak Silat tertua di dunia dan satu-satunya organisasi nasional Pencak Silat di Indonesia. Bapak-bapak pendiri IPSI adalah :
1. Wongsonegoro
2. Soeratno Sastroamidjojo
3. Marjoen Soedirohadiprodjo
4. Dr. Sahar
5. Soeria Atmadja
6. Soeljohadikoesoemo
7. Rachmad Soeronegoro
8. Moenadji
9. Roeslan
10. Roesdi Iman Soedjono
11. S. Prodjosoemitro
12. Moh. Djoemali
13. Margono
14. Soemali
15. Karnandi
16. Ali Marsaban
Ketua Pusat Kebudayaan Kedu
S
ekretaris Pusat Kebudayaan Kedu
Pencak Sumatra
SHO
Pencak Jawa Barat
SH Madiun
SH Madiun
SH Solo
SH Kediri
SH Kediri
PORI Bagian Pencak
Yogyakarta
SH Yogyakarta
Ketua PORI
Kementerian Pembangunan dan Pemuda
Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan

Pendirian IPSI didasarkan pada 3 tujuan utama sebagai satu kesatuan, yakni :
1. Mempersatukan dan membina seluruh perguruan Pencak Silat di Indonesia.
2. Melestarikan, mengembangkan dan memasyarakatkan Pencak Silat beserta nilai-nilainya.
3. Menjadikan Pencak Silat dan nilai-nilainya sebagai sarana pembangunan bangsa dan ahlak.

Asas IPSI adalah Pancasila. Kehidupan dan hubungan di lingkungan IPSI didasarkan pada semangat kekeluargaan, kebersamaan dan kesetiakawanan dalam kerangka persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk. IPSI tidak berafiliasi, berorientasi dan berfungsi politik.
Skala kegiatan IPSI meliputi seluruh wilayah Indonesia. Anggota IPSI terdiri dari perguruan-perguruan Pencak Silat yang secara sukarela menyatakan menjadi anggota IPSI dan bersedia menyesuaikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya (AD dan ART-nya) dengan AD dan ART IPSI. Jumlah seluruh anggota IPSI sekitar 800-an perguruan Pencak Silat, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengajarkan sekitar 150 aliran (gaya) Pencak Silat.
Jumlah perguruan dan aliran Pencak Silat di Indonesia paling banyak jika dibandingkan dengan jumlah perguruan dan aliran Pencak Silat di negara-negara sumber Pencak Silat lainnya, yakni Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Karena itu, Indonesia disebut sebagai negara sumber Pencak Silat yang terbesar.
Aliran Cimande dan Silek Tuo (Minangkabau) adalah aliran Pencak Silat tua dan besar di Indonesia, yang mempengaruhi banyak aliran Pencak Silat yang diajarkan di berbagai perguran Pencak Silat di Indonesia maupun di negara sumber Pencak Silat lainnya.
Perguruan-perguruan Pencak Silat di Indonesia dapat dikategorisasikan ke dalam perguruan tradisional, peralihan dan modern. Perbedaannya terletak pada cara mengelola perguruan dan cara mengajar dan melatih.
Pada dasarnya, tujuan perguruan adalah melestarikan, mengembangkan dan memasyarakatkan Pencak Silat melalui pendidikan, pengajaran, pelatihan dan promosi.

Sumber : http://persilat.org/Ipsi_Indonesia.htm

Ada 3 tingkatan pendekar dalam SH terate

SH TERATE adalah salah satu dari 10 perguruan historis di Indonesia . Untuk tahu lebih banyak silahkan kunjungi www.shterate.com. Ada 3 tingkatan pendekar dalam SH terate. untuk mencapai tingkat 1, siswa harus menyelesaikan materi teknik baku yang terdiri :
senam massal 1-60,
senam dasar 1-90,
senam toya 1-25,
jurus 1-36( khusus jurus 36 diberikan setelah diwisuda menjadi pendekar tingkat 1 ) ,
jurus toya 1-15,
pola langkah,teknik serang bela dan kuncian : pukulan, tendangan, cekikan, dekapan,salaman,  serangan senjata, 
Ada juga teknik yang tidak baku ( hanya diberikan kepada warga yang punya dedikasi dan kemauan untuk meningkatkan ilmu beladirinya). Disamping materi teknik, juga diberikan pelajaran kerohanian (budi pekerti). Untuk mencapai tingkat 2....?, yang jelas hal utama adalah pengabdian dan pengamalan ilmunya selama menjadi pendekar tingkat 1. Materi teknik jurus tingkat 2  adalah  total permainan bawah ( katanya tingkat 2 lho..!..saya sendiri masih tingkat 1) dan pendalaman meditasi. Untuk mencapai tingkat 3....?, tanya sendiri deh sama Mas Tarmadji ( ketua umum pusat ).

10 perguruan historis atau anggota khusus IPSI Pusat

Ada 10 perguruan yang berkualifikasi sebagai perguruan historis atau anggota khusus IPSI Pusat. Nama-nama perguruan tersebut tersebut adalah :
1. Persaudaraan Setia Hati.
2. Persaudaraan Setia Hati Terate.
3. Perisai Diri.
4. Perisai Putih.
5. Tapak Suci.
6. Phasadja Mataram.
7. Perguruan Pencak Indonesia (PERPI) Harimurti.
8. Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI).
9. Putra Betawi.
10. Nusantara.


Sumber : http://persilat.org/Ipsi_Indonesia.htm

Senin, 03 September 2012

Kategori dan kelas pertandingan Dewasa

Pasal 6
Kategori dan kelas pertandingan Dewasa
Kategori dan kelas pertandingan untuk Dewasa :
1.    TANDING terdiri atas :
Tanding Putra :
1.1.    Kelas A         45 Kg s/d 50 Kg
1.2.    Kelas B     diatas     50 Kg s/d 55 Kg
1.3.    Kelas C     diatas     55 Kg s/d 60 Kg
1.4.    Kelas D     diatas     60 Kg s/d 65 Kg
1.5.    Kelas E     diatas     65 Kg s/d 70 Kg
1.6.    Kelas F     diatas     70 Kg s/d 75 Kg
1.7.    Kelas G     diatas     75 Kg s/d 80 Kg
1.8.    Kelas H     diatas     80 Kg s/d 85 Kg
1.9.    Kelas I     diatas     85 Kg s/d 90 Kg
1.10.    Kelas J     diatas     90 Kg s/d 95 Kg
1.11.    Kelas Bebas diatas     95 Kg s/d 110 Kg
(Khusus untuk pertandingan ”single event”)
Tanding Putri
1.1.    Kelas A         45 Kg s/d 50 Kg
1.2.    Kelas B     diatas     50 Kg s/d 55 Kg
1.3.    Kelas C     diatas     55 Kg s/d 60 Kg
1.4.    Kelas D     diatas     60 Kg s/d 65 Kg
1.5.    Kelas E     diatas     65 Kg s/d 70 Kg
1.6.    Kelas F     diatas     70 Kg s/d 75 Kg
1.7.    Kelas G     diatas     75 Kg s/d 80 Kg
(Khusus untuk pertandingan ”single event”)
2.    TUNGGAL, GANDA dan REGU seperti pembagian kelas untuk Usia Dini dengan penyesuaian pada umur peserta.
3.    Seluruh kategori Tanding, Tunggal, Ganda dan Regu dapat diikuti oleh seorang Pesilat sesuai dengan kelas, golongan dan jantinannya.
MUNAS IPSI XII – 2007
JAKARTA, 20 – 24 AGUSTUS 2007 

Kategori dan kelas pertandingan Remaja

Pasal 5
Kategori dan kelas pertandingan Remaja
Kategori dan kelas pertandingan untuk Remaja:
1.    TANDING terdiri atas :
Tanding Putra / Putri :
1.1.    Kelas A         39 Kg s/d 42 Kg
1.2.    Kelas B     diatas     42 Kg s/d 45 Kg
1.3.    Kelas C     diatas     45 Kg s/d 48 Kg
1.4.    Kelas D     diatas     48 Kg s/d 51 Kg
1.5.    Kelas E     diatas     51 Kg s/d 54 Kg
1.6.    Kelas F     diatas     54 Kg s/d 57 Kg
1.7.    Kelas G     diatas     57 Kg s/d 60 Kg
1.8.    Kelas H     diatas     60 Kg s/d 63 Kg
1.9.    Kelas I     diatas     63 Kg s/d 66 Kg
Demikian seterusnya dengan selisih 2 (tiga) Kg sebanyak-banyaknya 12 kelas untuk PUTRA dan 8 kelas untuk PUTRI.
2.    TUNGGAL, GANDA dan REGU seperti pembagian kelas untuk Usia Dini dengan penyesuaian pada umur peserta.
3.    Seluruh kategori Tanding, Tunggal, Ganda dan Regu dapat diikuti oleh seorang Pesilat sesuai dengan kelas, golongan dan jantinannya.
MUNAS IPSI XII – 2007
JAKARTA, 20 – 24 AGUSTUS 2007 

Kategori dan kelas pertandingan Pra Remaja

Pasal 4
Kategori dan kelas pertandingan Pra Remaja
Kategori dan kelas pertandingan untuk Pra Remaja:
1.    TANDING terdiri atas :
Tanding Putra / Putri :
1.1.    Kelas A         28 Kg s/d 30 Kg
1.2.    Kelas B     diatas     30 Kg s/d 32 Kg
1.3.    Kelas C     diatas     32 Kg s/d 34 Kg
1.4.    Kelas D     diatas     34 Kg s/d 36 Kg
1.5.    Kelas E     diatas     36 Kg s/d 38 Kg
1.6.    Kelas F     diatas     38 Kg s/d 40 Kg
1.7.    Kelas G     diatas     40 Kg s/d 42 Kg
1.8.    Kelas H     diatas     42 Kg s/d 44 Kg
1.9.    Kelas I     diatas     44 Kg s/d 46 Kg
Demikian seterusnya dengan selisih 2 (dua) Kg sebanyak-banyaknya 12 kelas untuk PUTRA dan 8 kelas untuk PUTRI
2.    TUNGGAL, GANDA dan REGU seperti pembagian kelas untuk Usia Dini dengan penyesuaian pada umur peserta.
3.    Seluruh kategori Tanding, Tunggal, Ganda dan Regu dapat diikuti oleh seorang Pesilat sesuai dengan kelas, golongan dan jantinannya.
MUNAS IPSI XII – 2007
JAKARTA, 20 – 24 AGUSTUS 2007 

Kategori dan kelas pertandingan Usia Dini

Pasal 3
Kategori dan kelas pertandingan Usia Dini
Kategori dan kelas pertandingan untuk Usia Dini :
1.    TANDING terdiri atas :
Tanding Putra / Putri :
1.1.    Kelas A         26 Kg s/d 27 Kg
1.2.    Kelas B     diatas     27 Kg s/d 28 Kg
1.3.    Kelas C     diatas     28 Kg s/d 29 Kg
1.4.    Kelas D     diatas     29 Kg s/d 30 Kg
1.5.    Kelas E     diatas     30 Kg s/d 31 Kg
1.6.    Kelas F     diatas     31 Kg s/d 32 Kg
1.7.    Kelas G     diatas     32 Kg s/d 33 Kg
Demikian seterusnya dengan selisih 1 (satu) Kg sebanyak-banyaknya 12 kelas untuk PUTRA dan 8 kelas untuk PUTRI
2.    TUNGGAL terdiri atas :
2.1.    Tunggal Putra
2.2.    Tunggal Putri
3.    GANDA terdiri atas :
3.1.    Ganda Putra
3.2.    Ganda Putri
4.    REGU terdiri atas :
4.1.    Regu Putra
4.2.    Regu Putri
5.    Seluruh kategori Tanding, Tunggal, Ganda dan Regu dapat diikuti oleh seorang Pesilat sesuai dengan kelas, golongan dan jantinannya.

MUNAS IPSI XII – 2007
JAKARTA, 20 – 24 AGUSTUS 2007

Makna Lambang IPSI

Warna Kuning : berarti bahwa IPSI mengutamakan budi pekerti dan kesejahteraan lahir dan batin
dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa
Bentuk Perisai Segi Lima : berarti bahwa IPSI berasaskan landasan idiil Pancasila, serta bertujuan
membentuk manusia Pancasila sejati

Sayap Garuda berwarna
Kuning berototkan merah : berarti kekuatan bangsa Indonesia yang bersendikan kemurnian, keluruhan dan
dinamika, Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar + 8 lembar berarti tanggal
berdirinya IPSI adalah 18 Mei 1948. Sayap 18 lembar, terdiri dari 17+1 berarti
IPSI dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan berssatu membangun negara
Untaian lima lingkaran : melambangkan bahwa IPSI melalui olahraga merupakan ikatan peri
kemanusiaan antara pelbagai aliran dengan memegang teguh asas kekeluargaan,
persaudaraan dan kegotong royongan
Ikatan pita berwarna merah
Putih : bahwa IPSI merupakan suatu ikatan pemersatu dari pelbagai aliran Pencak
Silat, yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh rasa
berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia.
Gambar tangan putih
di dalam Dasar hijau : menggambarkan bahwa IPSI membantu negara dalam bidang ketahanan
nasional melalui pembinaan mental/fisik agar kader-kader IPSI berkepribadian
nasional serta berbadan sehat, kuat dan tegap.
Sumber : silatindonesia.com

Prasetya Pesilat Indonesia

“Prasetya Pesilat Indonesia”, yang terdiri dari 7 butir prasetya sebagai satu kesatuan, adalah kode etik korsa (corps) Pesilat Indonesia sebagai warga negara, pejuang dan kesatria dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya. Prasetya sebagai warga negara tertera dalam butir prasetya yang pertama dan kedua, sebagai pejuang dalam butir prasetya yang ketiga, keempat dan kelima, dan sebagai kesatria dalam butir prasetya yang keenam dan ketujuh. Rumusan “Prasetya Pesilat Indonesia” selengkapnya adalah sebagai berikut:
  1. Kami Pesilat Indonesia adalah warga negara yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur.
  2. Kami Pesilat Indonesia adalah warga negara yang membela dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
  3. Kami Pesilat Indonesia adalah pejuang yang cinta Bangsa dan Tanah Air Indonesia.
  4. Kami Pesilat Indonesia adalah pejuang yang menjunjung tinggi persaudaraan dan persatuan Bangsa.
  5. Kami Pesilat Indonesia adalah pejuang yang senantiasa mengejar kemajuan dan berkepribadian Indonesia.
  6. Kami Pesilat Indonesia adalah kesatria yang senantiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
  7. Kami Pesilat Indonesia adalah kesatria yang tahan-uji dalam menghadapi cobaan dan godaan.